Pelaksanaan PTM (pembelajaran tatap muka) disambut gembira oleh warga sekolah, utamanya oleh para siswa. Mereka umumnya mengaku senang dengan dua alasan utama. Pertama, bisa bertemu teman-teman. Kedua, proses pembelajaran jadi lebih mantap. Maksudnya, pelajaran jadi lebih mudah dipahami melalui PTM daripada secara daring.
Ya, pada awal bulan Oktober, tepatnya pada tanggal 4 Oktober 2021 lalu, PTM sudah dilaksanakan di semua sekolah di Bali, termasuk di SMK Negeri 1 Singaraja. Namun, tidak semua siswa masuk sekaligus, melainkan bergilir. Sekolah memberlakukan sistem ganjil-genap. Minggu pertama, siswa yang nomor absennya ganjil diberi kesempatan sekolah. Sementara yang nomor absennya genap belajar di sekolah pada minggu kedua.
Mengingat masih dalam situasi pandemi, maka ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi agar pembelajaran di sekolah bisa dilaksanakan dengan lancar. Antara lain, ada surat pernyataan orangtua siswa, melakukan vaksinasi pertama dan kedua, serta mengikuti semua peraturan yang ada.
Menurut salah seorang siswa, I Gede Budi Utama, dari kelas XI AKL B, menjelaskan, dirinya telah mendapat izin dari orangtuanya untuk mengikuti pembelajaran tatap muka. “Syukur orangtua saya sangat mengerti. Bahwa betapa pentingnya PTM itu. Walau ada berbagai persyaratan, namun semua itu untuk kebaikan bersama,” ujarnya.
Di awal proses pembelajaran tatap muka, diakui oleh Budi Utama, sudah berjalan dengan baik. Pada saat pembelajaran tatap muka, kata dia, sangat mudah untuk bertanya secara langsung dan jauh lebih mudah dalam memahami materi yang sudah disampaikan. Sedangkan pada saat pembelajaran daring sangat sulit dalam bertanya. “Banyak kendala yang saya dan teman-teman hadapi selama mengikuti pembelajaran secara daring. Seperti terkendala sinyal, dan penjelasan dari guru kurang mantap diterima,” tuturnya.
Siswa yang berasal dari Banjar Abasan, Desa Sangsit, ini menjelaskan bahwa dirinya sangat senang bisa belajar tatap muka lagi, setelah setahun lebih hanya daring di rumah saja. “Keseruan yang saya dapatkan di sekolah adalah bisa bertemu dengan teman-teman, dan langsung bisa konsultasi kepada guru, jika ada materi yang belum saya pahami,” imbuhnya.
Siswa yang lahir tahun 2005 ini, berharap semoga pembelajaran tatap muka bisa berlangsung secara normal kembali seperti sedia kala dan tidak ada kendala apapun lagi. Karena sudah terbukti, bila dilakukan PTM, akan lebih mudah dalam belajar dan materi-materi yang disampaikan dan bisa dipahami dengan lebih baik. “PTM jauh lebih baik daripada daring. Itulah pendapat saya,” pungkasnya.
Pendapat senada disampaikan oleh teman sekelas Budi, yang bernama Wardah. “Yang menjadi keprihatinan saya adalah beberapa siswa yang belum diizinkan oleh orangtuanya untuk mengikuti PTM ini,” tutur Wardah.
Masih dari kelas XI AKL B, Kadek Dian Novitasari bercerita, dirinya merasa lega dengan adanya PTMT. Lebih-lebih bila pemebelajaran normal segera diberlakukan. Sekarang ini pembelajaran masih menggunakan sistem kombinasi tatap muka dan daring. Ke depan, Dian berharap sekolah-sekolah segera menyelenggarakan pembelajaran normal seperti saat-saat sebelum wabah Corona muncul.
Sementara Komang Erra Sugiastami dari kelas XI AKL D mengatakan, ia dan teman-temannya sangat senang menjalani PTM walau masih terbatas. “Semua warga sekolah sangat ceria ketika PTM kembali dilaksanakan. Guru-guru yang mengajar di kelas kami juga sangat senang memberikan materi ajarnya walau waktunya terbatas,” jelas Erra.
“Suasana PTMT membuat saya sangat senang, karena bisa lagi bertemu dengan teman-teman serta guru-guru di sekolah. PTMT ini memberi kesan yang sangat asyik dan menyenangkan,” tutur Bela Puspita dari kelas XI AKL D juga.
Sedangkan Putu Indah Sekar Rini dari kelas XI OTKP menyoroti sedikit masalah yang terjadi saat para siswa melakukan scan QR. Sejumlah siswa dilihatnya tidak berhasil login yang mungkin disebabkan oleh Hp yang dimiliki oleh sejumlah siswa tersebut belum cocok dengan sistem scan QR-nya.
Semoga dalam minggu kedua pelaksanaan PTMT ini berbagai kendala yang terjadi itu bisa diatasi sehingga tidak ada permasalahan yang sama terulang kembali.
(Tim Jurnalistik Smensi)
Discussion about this post